PENTINGNYA KESADARAN DAN KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN DI ERA GLOBALISASI
Semakin berkembangnya jaman dan teknologi, lingkungan adalah salah satu yang mengalami dampak buruk. Eksploitasi dilakukan secara besar-besaran, dengan tanpa memperhatikan efeknya terhadap lingkungan. Banyak hutan yang ditebangi, lalu diganti hutan-hutan beton yang menjulang tinggi. Setelah itu daerah sekitar hutan tidak mempunyai peresapan air yang cukup, dan akhirnya bencana tanah longsor dan banjir pun datang, ketika musim hujan tiba. Hal itulah yang sekiranya terjadi di era globalisai seperti saat ini. Di tengah sibuknya kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhanya, banyak hutan dan lingkungan lainnya yang menjadi korban dari tangan-tangan manusia.Hal yang dapat kita lakukan saat ini adalah ikut menjaga kelestarian lingkungan di sekitar kita, seperti ikut menjaga kebersihan lingkungan, ikut menyerukan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan, dan melestarikan keanekaragaman hayati yang semakin berkurang saja dari hari ke hari. Agar pada akhirnya alam tidak berbalik menyerang kita.
Sebagai orang yang bijak, sudah sepantasnya kita bisa merasakan fenomena yang sedang terjadi ini. Untuk melestarikan lingkungan demi anak dan cucu kita di masa yang akan datang. Walaupun demikian, syukurlah saat ini sudah banyak pihak yang menyadari akan fenomena yang sedang terjadi ini. Seperti UU tentang pencemaran lingkungan yang telah diterbitkan yaitu, Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982: Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya. Selain itu juga ada penghargaan-penghargaan seperti adipura atau pun kalpataru, yang kaitanya dengan kebersihan dan pelestarian lingkungan. Dan masih banyak lagi, kesadaran dari banyak pihak untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan. Sehingga akan ada keseimbangan paling tidak antara pencemaran dan pencegahannya.
Indonesia, merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman hayati tertinggi dunia dan merupakan daerah penghasil ozon dunia, karena kebetulan berada di daerah ekuator. Tetapi di lain sisi, Indonesia merupakan salah satu Negara dengan tingkat penebangan dan kerusakan hutan tertinggi di dunia. Kerusakan hutan terjadi di mana-mana, tanpa memperhatikan kelangsungan ekosistem dan satwa yang ada di dalamnya. Laju kerusakan hutan pada tahun 1985-1997 tercatat 1,6 juta hektar per tahun, sedangkan pada tahun 1997-2000 menjadi 3,8 juta hektar per tahun. Lalu, bagaimana dengan saat ini? Tahun 2007 tercatat,ada 574 kasus kejahatan terhadap hutan. Di tahun berikutnya, jumlah kasus turun menjadi 404 kasus. Dari kasus-kasus yang tercatat ini ternyata, hanyalah pelaku kecil saja yang banyak diperiksa.Yang memprihatinkan lagi adalah sebanyak 64-83 persen kayu hasil tebangan adalah berstatus illegal logging.
Dengan tingginya laju kerusakan hutan yang terjadi ini, turut menjadi salah satu penyebab turunnya keanekaragaman hayati yang kita miliki. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu kekayaan yang tak ternilai harganya, oleh karena itu, begitu pentingnya masalah pelestarian saat ini. Ada beberapa satwa atau pun tumbuhan di Indonesia yang dilindungi oleh undang-undang dan saat ini kondisinya dalam keadaan hampir punah. Berikut ini, beberapa satwa yang saat ini dalam keadaan hampir punah:
Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris)
Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, merupakan sungai yang menjadi daerah kegiatan transportasi dan yang lainnya bagi warga sekitar untuk berbagai kepentingan. Semakin padatnya lalu-lintas di sungai Mahakam ternyata ikut mempengaruhi jumlah satwa yang hidup di dalamnya seperti pesut mahakam yang saat ini jumlahnya terus berkurang. Satwa yang dalam nama latinnya ini disebut Orcella brevirostris merupakan hewan asli Indonesia dan dilindungi oleh undang-undang. Semakin hari jumlahnya semakin berkurang, bahkan sekarang satwa ini hampir punah. Usaha-usaha untuk membudidayakannya telah dilakukan, namun tak juga berhasil untuk mengembang biakanya. Yang terpenting lagi ikan ini hanya terdapat pada tiga lokasi di dunia yakni Sungai Mahakam, Sungai Mekong, dan Sungai Irawady.
Pendangkalan, erosi, pencemaran akibat limbah, dan pengelolaan hutan yang terjadi di sekitar sungai Mahakam adalah beberapa penyebab turunnya populasi satwa ini. Dengan kesadaran dan kepedulian kita, berharap agar tidak akan kehilangan lagi keanekaragaman hayati yang kita miliki.
Pendangkalan, erosi, pencemaran akibat limbah, dan pengelolaan hutan yang terjadi di sekitar sungai Mahakam adalah beberapa penyebab turunnya populasi satwa ini. Dengan kesadaran dan kepedulian kita, berharap agar tidak akan kehilangan lagi keanekaragaman hayati yang kita miliki.
Elang Jawa (Spizaetus bartelsi)
Satwa yang merupakan salah satu penghuni Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Sukabumi ini, jumlahnya sekarang tinggal 19 ekor. Kerusakan hutan yang terjadi di taman nasional tersebut, mengakibatkan elang jawa tersebut sulit untuk berkembang biak. (kompas.com)
Dan masih banyak satwa lainnya yang saat ini jumlahnya sangat memprihatinkan, dan merupakan tugas kita bersama untuk ikut melestarikannya. Sekarang juga perlu dilakukan konservasi terhadap satwa tersebut, sangatlah tepat dilakukan.
Dan masih banyak satwa lainnya yang saat ini jumlahnya sangat memprihatinkan, dan merupakan tugas kita bersama untuk ikut melestarikannya. Sekarang juga perlu dilakukan konservasi terhadap satwa tersebut, sangatlah tepat dilakukan.
Anggrek
Sekitar 2.000 dari 5.000 jenis anggrek di Indonesia terancam punah akibat pembabatan hutan dan penyelundupan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Beberapa jenis anggrek yang kini langka di antaranya, yaitu Phalaenopsis javanica dari Jawa Barat, Cymbidium hartinahianum dari Sumatera Utara, dan Paraphalaenopsis denevii dari Kalimantan. Selain itu, seluruh jenis anggrek Paphiliopedium masuk appendix CITES sebagai jenis anggrek yang tidak boleh diperdagangkan di dalam negeri maupun luar negeri. (kompas.com)
Bambu Endemik
Bambu Endemik
Bambu yang beberapa tahun yang lalu sering kita jumpai dan sangat mudah kita jumpai. Saat ini sekitar 30-40 persen dari 88 jenis bambu endemik Indonesia keadaannya terancam. Beberapa faktor di antaranya adalah alih guna lahan, penyelundupan ke luar negeri, belum diketahui manfaatnya, dan penebangan yang berlebihan. Yang memprihatinkan adalah penyelundupan bambu ke luar negeri contohnya dari Yogya ke Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, bambu dikembang biakan kemudian dijual dengan harga 1000 dollar AS per batang.
Di Indonesia sendiri, juga belum tahunya masyarakat akan manfaat dari bambu. Sehingga banyak masyarakat yang sesuka hati menebangnya kemudian tidak menanaminya kembali. Padahal manfaat bambu tidak hanya sebagai bahan bangunan yang kegunaannya dipandang masih kuno. Beberapa jenis tersebut seperti Dendrochalamus buar, Dendrochalamus hait, dan Fimbribambusa.
Hal di atas hanyalah beberapa saja, saat ini yang diperlukan adalah kepedulian dan sebelumnya kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Dengan begitu Insya Allah hari esok akan jauh lebih baik dari hari ini dan kemarin. Walaupun sebagai manusia tak pernah lepas dari usaha untuk selalu memnuhi kebutuhan yang semakin besar jumlahnya. Akan tetapi, kita tetap harus berusaha melakukan usaha pelestarian atau konservasi, agar tidak menyesal di kemudian hari. Meskipun banyak kendala yang dihadapi dalam melakukan konservasi ini. Salah satu yang menjadi kendala dalam pelestarian keanekaragaman ini adalah kurangnya dana dan ketidak sinerginya kinerja antara pihak terkait, sehingga laju kerusakan hutan yang cukup parah ini. Sungguh ironis memang, banyak warga di perkotaan yang memelihara tanaman yang harganya sangat mahal, bahkan perawatannya pun juga membutuhkan dana yang tidak sedikit. Sebagai salah satu hobi mereka, atau sekedar mengisi waktu luangnya. Seandainya mereka mau mengalihkan uang yang mereka punya untuk membiayai konservasi , tentu akan sangat berguna sekali. Begitu juga dengan kinerja para pihak terkait mengenai perijinan pengelolaan hutan yang pada akhirnya hak pengelolaan hutan, jatuh ke tangan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar